selamat datang sahabat-sahabat yang peduli pendidikan..

Ada Untuk Berbagi,.
Terlahir untuk berproses...
Salam Pendidikan Berkualitas...

Jumat, 23 April 2010

Kamis, 22 April 2010

MAKALAH

ANALISIS PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI




OLEH

1. JASMINE HANIF ANNISA 1445096061

2. MUHKAM HUDAYA 1445096091

3. TUTI ALFIANI 1445096092

MANAJEMEN PENDIDIKAN 2009

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Perumusan Masalah

Kasus yang kami munculkan disunting dari sebuah artikel yang kami temukan melalui google.

Terpilihnya mahasiswa program master University Kebangsaan Malaysia (UKM) ini cukup mengejutkan. Apalagi ia ditetapkan secara aklamasi oleh tujuh peserta musda yang memiliki hak suara. Tidah banyak yang menduga ia mampu melalui proses musda yang biasanya sarat dengan intrik dan politik uang. Anggapun mengakui kebiasaan tersebut, tetapi ia menegaskan dirinya terpilih tanpa money politik sepeser pun. “Mungkin ini membuktikan paradigma baru Partai Golkar untuk menjadi ketua partai tidak harus yang memiliki banyak uang. Ini menunjukkan kesadaran partai ini untuk berubah,” kata Angga seakan berkampanye, Rabu (9/12).

Dari latar belakang ekonomi pun Angga belum masuk pengusaha sukses. Ia baru memulai belajar berdagang dan ikut bersama temannya sebagai kontraktor. Namun, pendapatannya lumayan, bahkan ia bisa membiayai sendiri kuliahnya meski kadang-kadang membuatnya harus ekstra keras membagi waktu antara kuliah, kerja, dan berpartai. Semua itu terbayar mengingat karir organisasi politiknya cukup mumpuni. Sebelum ia menjabat Wakil Ketua Angakatan Muda Partai Golkar (AMPG) Provinsi Kepri.

Pemuda berbadan subur ini memang senang berorganisasi. Saat mahasiswa ia sempat menjabat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (Unri) di Pekanbaru. Ia juga aktif di organisasi luar kampus, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). “Syukur Alhamdulillah atas amanah yang diberikan. Ini kepercayaan yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Terimakasih kepada peserta yang telah memberikan kepercayaan pada saya untuk memimpin Partai Golkar Kota Tanjung Pinang periode 2009-2015,” tambah dia.

Angga mengaku tidak ada jurus atau resep istimewa yang ia lakukan dalam berorganisasi. Semua mengalir seperti air dan sejak kecil ia pun tidak pernah bercita-cita menjadi polisi. “Kalau dari kecil cita-cita saya jadi jagoan. Keputusan saya bersedia maju jadi ketua setelah mendapat dorongan dari senior-senior saya,” tangkasnya. Namun Angga tidak menolak bila dikatakan dirinya berminat pada dunia politik. Untuk itulah usai SMA, ia memilih kuliah di jurusan Ilmu Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri. Ayah satu anak ini menganggap menuntut ilmu tidak ada batas usia. Baginya, hidup sendiri merupakan proses belajar dimana pun seseorang itu berkiprah.

Khusus untuk posisi barunya sebagai ketua Partai Golkar, Angga berencana melakukan rekruitmen pengurus yang memiliki kemampuan dan bercirikan pluralitas seperti platform Partai Golkar. Nantinya, pengurus partai akan diwarnai berbagai macam latarbelakang etnis, profesi, dan juga memperhatikan aspek geopolitik Kota Tanjungpinang. “Harus juga dilakukan perubahan paradigma Partai Golkar, dari partai yang diidentikkan sebagai partai elit dan borjuis menjadi partai rakyat. Ini harus dimulai oleh pimpinan partai sebagai teladan sehingga para kader memiliki etos kerja dan militansi yang saat ini dirasakan sangat minim,” katanya mantap.

Dia juga berencana melakukan reformasi manajemen seperti partai moderen yang memiliki data base anggota yang lengkap, kegiatan pelatihan dan pendidikan sebagai pintu rekrutmen kader, dan program-program yang responsif terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat. Saat ini, pekerjaan berat tersebut sudah dibantu oleh Untung Budiawan SE selaku sekretaris.

“Inti dari permasalahan yang kami munculkan adalah bahwa perilaku individu dalam berorganisasi tidak berjalan tanpa sendirinya, namun ada faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing individu dalam menjalani kehidupan berorganisasi. Terpilihnya Ketua Partai Golkar Kota Tanjung Pinang periode 2009-2015 yang tidak terduga menimbulkan pertanyaan atas dasar apa penilaian mengenai kriteria seorang pemimpin partai. Karena tidak mudah untuk memimpin partai yang merupakan salah satu partai besar di Indonesia. Serta bagaimana usaha-usaha dari Angga dalam upaya meyakinkan orang-orang yang berada di kelompoknya bahwa ia pantas memimpin Partai Golkar tingat provinsi tersebut, karena tidak mudah mengubah paradigma yang telah melekat di kalangan partai mengenai intrik dan politik uang dalam sebuah pemilihan. Serta bagaimana langkah-langkah Ketua terpilih dalam periode kepemimpinannya dalam merealisasikan program-program kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi partainya.



BAB II

KAJIAN TEORI

Perilaku organisasi hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antaras person atau individu dengan lingkungannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.

MEMAHAMI SIFAT-SIFAT MANUSIA

1. Manusia berbeda perilakunya, karena kemampuannya tidak sama .

2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.

3. Orang berfikir tentang masa depan, membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.

4. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannnya.

5. Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang.

6. Banyak factor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.

Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak factor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannnya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga yang karena dipengaruhioleh pengharapan dan lingkungannya. Oleh karena banyaknya factor yang mempengaruhi perilaku manusia, maka seringkali sesuatu organisasi akan menghadapi kesulitan di dalam menciptakan suatu keadaan yang memimpin kearah tercapainya efektivitas pelaksanaan kerja.

Beberapa hampiran untuk memahami perilaku

Hampiran ( approach ) pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat dikelompokkamn atas tiga hampiran, yakni : Hampiran Kognitif, Hampiran Penguatan ( reinforcement approach ), dan Hampiran Psikoanalitis.

1. Hampiran Kognitif

Hampiran ini pada dasarnya menekankan pada peranan individu atau person dalam hubunan dengan ungkapan. Hampiran kognitif ini meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti misalnya berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti misalnya sikap, kepercayaan, dan pengharapan yang kesemuanya itu merupakan factor yang menentukan di dalam perilaku.

2. Hampiran Penguatan ( reinforcement approach )

Konsepsi Penguatan

Konsepsi penguatan menjelaskan bahwa stimulus adalah sesuatu yang terjadi untuk mengubah perilaku seseorang. Respon adalah setiap perubahan dalam perilaku individu. Ada dua yang seringkali mendapat perhatian dalam konsepsi penguat (reinforcement) ini. Dua hal tersebut ialah pemadaman (extinction) dan hukuman (punishment).

3. Hampiran psikoanalisis

Hampiran psikoanalisis ini menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya.

Menurut Freud susunan personalitas atau kepribadian seseorang itu dapat dijelaskan dengan kerangka ketidaksadaran. Ia percaya bahwa ada tiga hal yang saling berhubungan dan yang seringkali berlawanan (konflik). Konsep psikoanalitisnya merangkum tiga hal tersebut,yakni :

a. Konsepsi Id

Pada dasarnya Id adalah subsistem dari kepribadian. Ia adalah penampungan sumber dari semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu system.

b. Konsepsi Ego

Ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan dua system lainnya (Id dan Superego) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan luar (external environment).

c. Konsepsi Superego

Superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas. Ia adalah sumber norma atau standard yang tidak sadar yang menilai dari semua aktivitas ego.

Jika dikaitkan dengan organisasi maka perilaku individu merupakan hal penting sebagai pemeganga kendali dalam suatu organisasi. Hampir setiap orang dipengaruhi secara mendalam oleh kelompok. Melibatkan diri di dalam beberapa macam kelompok atau organisasi menempatkan kedudukan penting diri kehidupan kebanyakan orang. Banyak keuntungan dapat diperoleh dari penyempurnaan hubungan antara individu-individu dan kelompok. Sebagai contoh, berhasilnya suatu usaha sering tergantung dari produktivitas perilaku para individu dalam kelompok kerja. (Herbert G. Hicks, The Manajement of Organization).

Orang masuk ke dalam kelompok tentunya dengan tujuan tertentu yang diharapkan dapat menimbulkan kepuasan. Berbagai tujuan tertentu yang diharapkan dapat diperoleh apabila seseorang masuk dalam kelompok dapat bermacam-macam, baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat kerohanian. Tiap-tiap organisasi dibentuk untuk mencapai beberapa tujuan atau tujuan-tujuan yang dapat digambarkan secara luas sebagai pemuasan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, atau tujuan-tujuan para anggotanya. (Sutarto, dasar-dasar organisasi,).

Tentang tujuan orang masuk kelompok oleh Herbert G. Kicks adalah Seseorang bergabung atau tinggal sebagai anggota kelompok karena dia mengharapkan bahwa kelompok akan membantu beberapa fungsi dan tujuannya antara lain Kelompok atau organisasi sering dipakai untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi, militer, dan masalah-masalah lain), orang mungkin juga masuk kelompok karena kebutuhannya diterima dan mencegah kesepian dan kerenggangan. Keagamaan, family, kelompok-kelompok lain sering membantu kebutuhan ini, demikian kelompok juga dapat memberikan bantuan pada waktu orang menjumpai kesusahan.

Berikut akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu, antara lain :

KARAKTERISTIK BIOGRAFIS

1. Umur (age)

  • Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun. Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya pengalaman.
  • hubungan umur - kepuasan kerja =
    • bagi karyawan profesional : umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat
    • karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya.

Kesimpulan alamiahnya adalah bahwa tuntutan dari sebagian pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan tidak cukup besar berpengaruh oleh keterampilan fisik akibat usia yang berdampak pada produktivitas, atua jika terjadi kemerosotan karena usia, sering diimbangi oleh keunggulan karena pengalaman.

2. Jenis kelamin (gender)

  • tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam produktifitas kerja antara pria dengan wanita.
  • tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan kerja.
  • hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.
  • hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.

3. Status kawin (martial status)

  • tidak ada studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai efek status perkawinan terhadap produktifitas.
  • karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaannya.

4. Masa kerja

  • tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior.
  • Masa kerja merupakan variable yang penting dalam menjelaskan tingkat pengunduran diri karyawan. Semakin lama seseorang berada dalam pekerjaan, semakin kecil kemungkinan ia akan mengundurkan diri.

KEMAMPUAN
yaitu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu.

  • kemampuan intelektual. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental. misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur dalam berbentuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda. Pekerjaan membebankan tuntutan-tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan inteklektual. Namun IQ yang tinggi bukan merupakan persyaratan untuk semua pekerjaan.
  • kemampuan fisik. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan serta karakteristik-karakteristik serupa.

Kesesuaian pekerjaan dan kemampuan

Kemampuan intelektual atu fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja pekerjaan yang memadai pada pekerjaan tertentu, bergantung pada persyaratan kemampuan yang diminta untuk pekerjaan itu. Jadi misalnya, pilot pesawat terbang memerlukan kemampuan visualisasi-ruang yang kuat, penjaga keselamatan pantai memerlukan kemampuan verbal, pekerja konstruksi bangunan-tinggi memerlukan keseimbangan, dan wartawan yang berkemampuan penalaran lemah kemungkinan besar akan kesulitan memenuhi standar kinerja pekerjaan minimum. Mengarahkan perhatian oada hanya kemampuan karyawan atau persyaratan kemampuan dari pekerjaan itu mengabaikan kenyataan bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi dari keduanya.


PROSES BELAJAR (PEMBELAJARAN)
adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar.
belajar adalah : setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.

Berikut ini adalah teori pembelajaran :

  1. Pengkondisian Klasik

Pengkondisian klasik pada hakikatnya mempelajari respon terkondisi melibatkan pembinaan ikatan antara rangsangan terkondisi dan rangsangan tak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, satu memaksa dan yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi rangsangan terkondisi, dan kemudian meneruskan sifat-sifat rangsangan tak terkondisi. Pengkondisian ini bersifat pasif, sesuatu terjadi dan kita bereaksi dengan cara yang khusus. Reaksi itu dihasilkan sebagai respon terhadap peristiwa yang khusus dan dapat dikenali. Dengan sendirinya reaksi itu dapat menjelaskan perilaku refleksif yang sederhana. Tetapi kebanyakan perilaku, terutama perilaku rumit individu-individu dalam organisasi lebih cenderung dipancarkan daripada diperoleh, perilaku itu bersifat sukarela bukan refleks.

  1. Pengkondisian Operant

Pengkondisian operant berpendapat bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensi.. Orang belajar berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Perilaku operant berarti perilaku sukarela atau yang dipelajari sebagai lawan dari perilaku refleksif atau tak dipelajari.

  1. Pembelajaran Sosial

Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi dan dengan sekedar diberitahu mengenai sesuatu, maupun dengan mengalami secara langsung.

PEMBENTUKAN ALAT MANAJERIAL

Membentuk perilaku adalah secara sistematis menguatkan setiap langkah yang berurutan yang menggerakkan individu lebih dekat ke respon yang diharapkan.

Metode-metode Pembentukan Perilaku

Terdapat empat cara untuk membentuk perilaku melalui : penguatan positif, penguatan negative, hukuman, dan pemusnahan.

Baik penguatan positif maupun negative memberi hasil dalam proses belajar. Penguatan, baik positif atau negative, mempunyai catatan mengesankan sebagai alat pembentuk. Oleh karena itu perhatian kita adalah bukannya penghukuman atau pemusnahan. Suatu kajian terhadap temuan penelitian mengenai dampak penguatan pada perilaku dalam organisasi menyimpulkan bahwa :

1. Sejumlah tipe penguatan diperlukan untuk menghasilkan perubahan perilaku

2. Sejumlah tipe hadiah akan lebih efektif digunakan dalam organisasi daripada cara lain.

3. Kecepatan berlangsungnya proses pembelajaran dan dampaknya yang permanen akan ditentukan oleh pengaturan waktu penguatan.

Jadual penguatan

Kedua tipe utama jadual penguatan adalah secara berkesinambungan dan secara berkala. Penguatan berkesinambungan adalah perilaku yang diinginkan diperkuat setiap saat perilaku itu dijalankan. Sedangkan penguatan berkala adalah perilaku yang diinginkan diperkuat secara cukup sering untuk membuat perilaku tersebut layak diulangi namun tidak setiap saat ketika perilaku itu dijalankan. Penguatan berkala dapat berupa tipe rasio atau tipe internal.

Jadual interval-tetap adalah hadiah diberikan pada interval waktu yang seragam. Sedangkan Jadual interval-variabel adalah hadiah dimunculkan setelah serangkaian respon diberikan dalam jumlah yang tetap atau konstan.

Jadual rasio-tetap adalah hadiah dimunculkan sejumlah respon tetap atau konstan. Sedangkan Jadual rasio-variabel adalah hadiah berubah-ubah mengikuti perilaku individu tersebut.

Jadual dan Perilaku Penguatan

Jadual penguatan berkesinambungan dapat memicu kejenuhan dini, dan diberdasar jadual ini perilaku cenderung melemah dengan cepat ketika penguatan tidak diberikan. Meski demikian, penguatan berkesinambungan tepat untuk respon-respon yang baru dipancarkan, tidak stabil, atau berfrekuensi rendah. Sebaliknya, penguatan berkala mencegah kejenuhan dini karena penguatan ini tidak mengikuti semua respon. Penguatan ini tepat untuk respon-respon yang mantap atau berfrekuensi tinggi. Secara umum, jadual variable cenderung memicu kinrja kerja yang lebih tinggi daripada jadual tetap.

Modifikasi perilaku

OB Mod merupakan aplikasi konsep-konsep penguatan kepada individu dalam pengaturan kerja. Program OB Mod yang umum mengikuti model pemecahan masalah lima langakh, yaitu :

1. Mengidentifikasi perilaku-perilaku penting

2. Mengembangkan data baseline

3. Mengidentifikasi konsekuensi perilaku

4. Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi intervensi

5. Mengevaluasi perbaikan kinerja.

OB Mod telah digunakan oleh sejumlah organisasi untuk memperbaiki produktivitas karyawan dan mengurangi angka kesalahan, keabsenan, kelambanan, kecelakaan, dan meningkatkan keramahan terhadap pelanggan.


BAB III

PEMBAHASAN MATERI

Setiap individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menyebabkan perilaku mereka berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Manusia hidup cenderung untuk berkelompok sebagai akibat dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Adanya kepentingan dan tujuan bersama menyebabkan individu-individu membentuk suatu kelompok dan berada dalam naungan yang sama dengan melakukan interaksi-interaksi sebagai upaya untuk mencapai tujuan kelompok. Organisasi juga merupakan suatu kelompok, dimana peran serta setiap anggota berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan organisasi tersebut. Namun pada kenyataannya tidak mudah menyatukan berbagai karakteristik individu, karena setiap individu memiliki perilaku yang berbeda yang dipengaruhi oleh banyak hal. Jika dikaitkan dengan inti permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, memang tepat bahwa individu merupakan subjek dalam mengusahakan dan penggerak suatu organisasi. Dalam organisasi diperlukan seseorang yang dapat memimpin, begitu juga dengan Partai Golkar diperlukan seorang yang dapat membawa partainya mencapai program-program dan tujuan-tujuan partai. Dalam memilih sosok pemimpin partai sudah pasti dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria atau syarat sebagai pemimpin partai yang telah ditetapkan oleh Partai Golkar. Usaha berat bagi Angga, ketua terpilih dalam meyakinkan anggota partai untuk memilih dirinya, apalagi tidak mudah mengubah suatu paradigma jika dalam pemilihan ketua partai selalu diwarnai dengan intrik dan politik uang.

Pemahaman karakteristik seseorang dapat dilihat dari latar belakang masing-masing pribadi dan perilaku-perilaku yang tercermin dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu juga dalam memahami kriteria individu, dengan demikian kita mampu membedakan sifat-sifat individu apakah individu itu merupakan tipe pemimpin ataupun bukan. Dalam organisasi, apalagi organisasi formal seperti Partai Golkar perlu diperhatikan secara cermat syarat-syarat seorang pemimipin yang nantinya akan menjalankan segala program yang berkenaan dengan tujuan partai dengan melibatkan orang-orang sebagai pendukung dan kerjasama yang solid anatar anggota partai. “Kasus tersebut sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi didalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di suatu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.”

Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku individu antara lain dilatarbelakangi oleh faktor usia, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, kemampuan, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik, serta proses pembelajaran yang dialami oleh masing-masing individu.


BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Perilaku organisasi sesungguhnya terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi tersebut. Perilaku individu dalam organisasi adalah sikap dan tindakan (tingkah laku) seorang manusia (individu) dalam organisasi sebagai ungkapan dari kepribadian, persepsi dan sikap jiwanya, dimana bisa berpengaruh terhadap prestasi (kerja) dirinya dan organisasi.

Mengapa manusia itu berbeda dalam bertindak diantaranya adalah:

1. Manusia berbeda karena kemampuannya.

2. Manusia berbeda perilakunya karena adanya kebutuhan.

3. Manusia berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam mempengaruhinya.

4. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.

Perbedaan-perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor faktor seperti berikut ini :

1.

1. Karakteristik biografis ( usia, jenis kelamin, Status perkawinan, masa kerja )

2. kemampuan ( kemampuan fisik, kemampuan intelektual )

3. Proses pembelajaran masing-masing individu.


DAFTAR PuSTAKA

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjha Mada University Press, 1998.

Stephen P. Robbins. Prilaku organisasi Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks kelompok Gramedia,2006.

http://www.tribunbatam.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=39175&Itemid=1020

TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

1. Latar belakang

Dalam psikologi perkembangan perlu diperhatikan teori – teori yang mendasari psikologi perkembangan tersebut. Teori tersebut telah ada sejak ….. . teori merupakan hipotesis yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang diketahui secara pasti , sehingga perlu diuji secara lanjut untuk menentukan akurasinya. Kemudian teori itu dinyatakan benar apabila dalam pengujiannya itu memoiliki fakta – fakta. Yang kebenarannya diakui oleh masyarakat luas.

Dalam konteks perkembangan bahwa perkembangan manusia menunjuk pada perubahan – perubahan yang terjadi selama rentang hidup seseorang. Menurut Miller, 1993 teori perkembangan adalah teori yang difokuskan pada perubahan antar waktu ( change overtime). Kemudian, seiring dengan berkembangnya jaman pengkajian mengenai psikologi manusia semakin menjadi sarana atau proses pembelajaran dalam bagaimana mengetahui perilaku, kejiwaan, psikologis maupun mental dari manusia tersebut.

2. Tujuan

a. Mengetahui bagaimana teori psikologi perkembangan.

b. Dapat memahami dasar – dasar teori psikologi perkembangan.

c. Dapat mengetahui waktu psikologi perkembangan dari waktu ke waktu.

d. Serta dapat mengetahui pencetus teori – teori psikologi perkembangan.

3. Manfaat

a. Menambah wawasan dan pengeetahuan dalam bidang psikologi.

b. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam penerapan dikehidupan sehari – hari mengenai karakter dan psikologi manusia.



A. Perkembangan Teori Mengenai Psikologi

1. Teori Psikodinamik

Adalah teori yang berupaya menjelaskan hakikat perkembangan kepribadian, unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kwpribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dini.

Tokoh teori ini adalah Sigmund Freud dan Erik erikson.

Menurut Freud teori ini psikodinamik berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian seseorang.

Aspek kepribadian manusia memiliki 3 struktur penting, yaitu :

a. Id, merupakan sturktur kepribadian yang asli yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk insting. Id merupakan reservoir energy psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakan kedua sruktur kepribadian lainnya.

b. Ego, merupakan srtuktur kepribadian yang berurusan dengan dengan tuntuntan realitas.

Perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal realitas subjektif jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat di dunia luar.

c. Superego, merupakan struktur kepribadian yang merupakan badan moral lepribadian. Perhatian utamanya adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui masyarakat. Tetapi superego sama seperti id yang bersifat tidak rasional, dan sama seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, tetapi tetap berusaha untuk merintanginya.

Ketiga komponen kepribadian tersebut berkembang melalui tahap-tahap perkembangan psikoseksual, karena menunjukan bahwaproses perkembangan psikologis ditandai dengan libido (energy seksual) yang dipusatkan pada daerah-daerah tubuh tertentu yang berbeda-beda.

Tahap-tahap Perkembangan psikoseksual menurut Freud antara lain :

a. Oral (0-1 tahun)

b. Anal (1-3 tahun)

c. Phalic (3-6 tahun)

d. Latency (6-12 tahun)

e. Dewasa (12- dewasa)

2. Teori Kognitif

Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemepuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Denagn kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

è Teori kognitif Piaget

Adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejaidn disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari cirri-ciri dan fungsi dari objek-objek, bagaimana cara anak belajar mengelompok-mengelompokan obejek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

· Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)

· Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

· Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

· Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada, seperti :

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.

è Teori Pemrosesan Informasi

Merupakan teori alternative terhadap teori kognitif Piaget. Para pakar psikologi pemrosesan informasi tidak menggambarkan perkembangan dalam tahap-tahap atau serangkaian subtahap tertentu, dan menekankan pentingnya proses-proses kognitif, seperti persepsi, seleksi perhatian, memori dan strategi kognitif.

Teori ini didasrkan pada tiga asumsi umum :

a. Pikiran dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi.

b. Individu-individu memproses informasi dari lingkungan.

c. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seseorang individu.

Berdasar asumsi-asumsi di atas, dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memperoleh informasi tentang dunia mereka bagaimana informasi disimpan dan disebarkan dan sebagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan berfikir.

3. Teori Kontekstual

Teori ini memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kurtural dan historis dimana interaksi tersebut terjadfi (Seifert & Hoffnung, 1994).

4. Teori Etologis

Etologi merupakan studi tentang perkembangan perilaku evolusi spesies dalam lingkungan alamiahnya. Teori etologi mengenai perkembanagn menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait deengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode kritis (Santrock,1998).

5. Teori Ekologis

Teori ekologis memberikan tekanan pada sistem lingkungan.

Tokoh utama teori ini adalah Urie Brofenbrenner. Pendekatan teoriekologis terhadap perkembangan mengajukan konteks di mana berlangsung perkembanagn individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi aktifnya, merupakan unsure-unsur penting bagi perubahan perkembangan ( Seifert & Hoffnung, 1994).

6. Teori Behavior dan Belajar Sosial

Behavior (perilaku) adalah kegiatan organism yang diamati dan bersifat umum, mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh atau pada pengeluaran air mata, keringat. Teori ini menegaskan bahwa dalam mempelajari manusia individu, yang seharusnya dilakukan oleh para ahli psikologi adalah menguji dan mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

Mula-mula teori ini dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958)