selamat datang sahabat-sahabat yang peduli pendidikan..

Ada Untuk Berbagi,.
Terlahir untuk berproses...
Salam Pendidikan Berkualitas...

Jumat, 25 Juni 2010

persepsi organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Perumusan Masalah
Bail out Century
Hasil audit investigasi Badan Pemerksa Keuangan (BPK) terhadap Bank Century yang disampaikan ke DPR, Senin, 23 November lalu, sesungguhnya, menyebabkan pemerintahan Presiden SBY yang baru seumur jagung kini oleng.
Betapa tidak? Budiono bekas Gubernur Bank Indonesia yang kini menjabat Wakil Presiden, bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, harus diperiksa aparat hukum dan diminta pertanggung-jawabannya dalam kasus Bank Century.
Mereka berdua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas talangan (bail-out) bank swasta kecil itu, tapi telah menghabiskan uang negarai Rp 6,7 triliun.
Ternyata dari audit investigasi BPK yang dimulai September lalu atas permintaan DPR, ditemukan berbagai ketidak-beresan di dalam upaya penyelamatan bank itu. Ketidak-beresan itu mulai dari berbagai pelanggaran terhadap peraturan yang ada, bahkan sampai perbuatan rekayasa untuk menghindari suatu ketentuan atau peraturan.

Rontoknya Budiono dan Sri Mulyani akan melemahkan Presiden SBY dan menyebabkan pemerintahannya menjadi pincang. Apalagi kalau kelak diketahui bahwa mereka berdua hanya melaksanakan instruksi Presiden. Karena itu bisa dimaklumi pagi-pagi sudah terlihat upaya membersihkankan nama SBY dari kasus Bank Century. Hanya beberapa hari setelah hasil audit BPK disampaikan ke DPR, Raden Pardede, mantan Sekretaris KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) mengatakan bahwa penyelamatan Bank Century dilakukan KSSK tanpa sama sekali melibatkan Presiden. Presiden tak kita libatkan dalam persetujuan tanggal 21 November 2008, karena itu wewenang KSSK. Jadi kita sama sekali tidak melibatkan Presiden,katanya kepada wartawan, 24 November lalu. Betulkah Presiden sama sekali tak dilibatkan untuk penggunaan dana sampai Rp 6,7 triliun? Suatu hal yang tak masuk masuk akal, tapi baiklah para pembaca menjawabnya sendiri. Belakangan memang berembus kabar yang luas bahwa pada saat KSSK mengadakan rapat yang memutuskan talangan untuk Bank Century, 21 November 2008, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menelepon Presiden SBY yang waktu itu berada di Brasil. Atas petunjuk Presiden kemudian KSSK memutuskan mem-bail-out Bank Century. Rapat KSSK konon sengaja dilakukan dinihari sampai pagi untuk mengantisipasi perbedaan waktu antara Indonesia dengan negara di Amerika Latin itu kalau rapat membutuhkan arahan Presiden yang sedang berkunjung ke negeri Samba itu.

Dari sini diketahui bahwa sejumlah Peraturan Bank Indonesia (PBI) telah dilanggar, keputusan penting diambil tanpa informasi yang cukup, dan lebih parah lagi, untuk membantu Bank Century, rekayasa telah dilakukan oleh para pejabat terkait. Pemeriksaan juga menemukan bukti-bukti bahwa sejak awal Bank Century telah diistimewakan oleh para pejabat Bank Indonesia dengan tak menggunakan peraturan-peraturan tertentu terhadap bank ini.


Tak aneh kalau kemudian para pengurus dan pemilik bank ini menjadikan Bank Century sebagai ajang penjarahan. Atau seperti dikatakan mantan Wapres Jusuf Kalla, bank ini dipimpin oleh rampok. Sungguh tak layak bank yang diipimpin rampok dibantu dengan menggunakan uang negara sampai Rp 6,7 triliun. Tapi nyatanya itulah yang terjadi. Dengan ditemukannya borok-borok Bank Century oleh BPK, selanjutnya kasus ini harus diusut sesuai ketentuan hukum. Karena sekarang polisi dan kejaksaan lagi kehilangan kepercayaan dari masyarakat akibat kasus Anggodo Wijaya, satu-satunya institusi yang harus mengusut Bank Century adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Agar perkara ini bisa dibikin jelas KPK harus segera menangkap dan menahan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan bekas Gubernur BI Budiono. Toh bukti-bukti permulaan sudah cukup dari audit investigasi BPK.

Bobolnya dana Bank Century sampai hampir Rp 1 triliun ini tentu harus dibikin jelas: siapa yang bertanggung-jawab secara hukum dan kemana saja duit itu mengalir? Betulkah sebagian untuk dana kampanye Pemilu sebuah partai politik dan kampanye pemilihan presiden satu pasangan calon? Belum jelas apa yang terjadi di balik semua ini. Tapi dua hari setelah deposito Boedi Sampoerna dipindahkan ke Jakarta, 16 November 2008, atas perintah Robert Tantular, sejumlah US$ 42,80 juta dari deposito itu dipecah-pecah menjadi 247 NCD (Negotiable Certificate Deposit), dengan nilai nominal masing-masing Rp 2 milyar. NCD itu menggunakan nominee atas nama KTP para pelamar karyawan Bank Century, dan diserahkan kepada Boedi Sampoerna pada 16 November 2008. Tindakan ini jelas untuk mengelabui pemerintah. Dengan pemecahan deposito itu menjadi NCD bernilai Rp 2 milyar, maka bila Bank Century ambruk, deposito yang sudah dipecah-pecah menjadi Rp 2 milyar itu sepenuhnya dijamin dan diganti oleh pemerintah (LPS ).

Dalam soal ini bisa dilihat proses bail-out bank ini oleh pemerintah. Ternyata sekali pun sudah mendapat fasilitas FPJP dari Bank Indonesia, penyakit Bank Century bertambah parah. Akhirnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang ditenggarai berdampak sistemik. Keputusan itu disampaikan melalui surat kepada Menteri Keuangan selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), 20 November 2008. Lalu dinihari, 21 November 2008, KSSK dipimpin Sri Mulyani, mengadakan rapat , dihadiri oleh Gubernur BI Budiono (yang juga anggota KSSK), dan Dirut Bank Mandiri Agus Martowardoyo. Persisnya rapat berlangsung mulai pukul 00.11 sampai 05.00 WIB, diawali dengan presentasi Bank Century oleh Bank Indonesia. Rapat kemudian memutuskan Bank Century sebagai bank gagal berdampat sistemik dan pengelolaan bank itu selanjutnya diserahkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dari audit yang dilakukan BPK diketahui bahwa rapat itu tak mendapat informasi yang utuh dari Bank Indonesia.


Sebagai bukti, surat Gubernur Bank Indonesia nomor 10, tertanggal 20 November 2008, menyebutkan bahwa untuk menaikkan CAR Bank Century dari negatif 3,53% menjadi 8%, dibutuhkan tambahan modal Rp 632 milyar. Surat ini menjadi acuan ketika rapat pagi 21 November 2008 memutuskan status gagal Bank Century.

Ternyata dalam rapat LPS, 23 November 2008, untuk menetapkan biaya penanganan Bank Century, Bank Indonesia menyebutkan angka tadi melonjak menjadi Rp 2,6 triliun. Berdasar angka Bank Indonesia itu, rapat LPS memutuskan dana untuk menangani Bank Century mencapai Rp 2,77 triliun. Perubahan angka itu oleh Bank Indonesia menyebabkan dalam rapat KSSK, 24 Novem ber 2008, Ketua KSSK Sri Mulyani sempat mempertanyakan kemampuan Bank Indonesia membuat penilaian. Kalau penilaian Bank Indonesia diragukan, menurut Sri Mulyani, secara fundamental akan berpengaruh terhadap evaluasi kemampuan KSSK melakukan penilaian risiko sistemik.

Dari pemeriksaan oleh BPK diketahui bahwa Bank Indonesia memang tak memberikan informasi yang sesungguhnya, lengkap, dan mutakhir tentang kondisi Bank Century kepada KSSK. Belakangan setelah Bank Century ditangani LPS, barulah semua informasi itu dikeluarkan sehingga biaya yang harus disediakan LPS terus melonjak, dan akhirnya mencapai Rp 6,7 triliun. Jumlah itu mencapai 10 kali usulan semula Bank Indonesia yang hanya Rp 632 milyar.

Sekarang, isu Bank Century menjadi sentral dalam politik Indonesia. Riuh-rendah pertarungan antara Polri, Kejaksaan Agung, dengan KPK, agaknya erat kaitannya dengan kasus Bank Century, yaitu setelah KPK berencana mengusut kasus Bank Century (bersamaan dengan pengusutan kasus IT Komisi Pemilihan Umum).
Setelah hasil audit investigasi BPK itu dilaporkan ke DPR, Partai Demokrat sebagai pendukung utama Presiden SBY, tiba-tiba menjadi pendukung hak angket yang sedang bergulir kencang di DPR. Dengan langkah itu Partai Demokrat berupaya menyelamatkan Presiden SBY, dengan melepaskan Wakil Presiden Budiono dan Menkeu Sri Mulyani hanyut diseret arus gelombang Century. Apalagi menurut kabar yang beredar keras mulai Desember ini, Bank Century akan menjadi isu utama para demonstran di jalan-jalan.



BAB II
KAJIAN TEORI

A. PERSEPSI
Pengertian
Menurut David Krech bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barang kali sangat berbeda dengan kenyatannya.
Menurut Duncan, persepsi itu dapat dirumuskan denganberbagai cara,tetapidalam ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah ini dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu.
Menurut Luthans persepsi adalah lebih kompleks dan luas kalau dibandingkan dengan pengindraan. Proses persepsi ini meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan penyeleksian, penyusunan, dan penafisiran
Dengan demikian, Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Persepsi timbul karena 2 faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal antaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil yang di capai.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berupa lingkungan yang ada disekitar kita.
Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungan. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Dalam hubungannya dengan perilaku orang-orang dalam suau organisasi, nampaknya ada 3 hal yang berkaitan yakni pemahaman lewat penglihatan, pendengaran dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini, menunjukan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variable berikut ini: obyek atau peristiwa yang yang dipahami, lingkungan terjadinya persepsi, dan orang-orang yang melakukan persepsi. Dengan demikian proses persepsi akan dapat mengatasi proses pengindraan.dengan kata lain proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh sesorang.
Perbedaan anatar persepsi dan pengindraan itu menurut Luthans selanjutnya dikatakan contoh-contohnya sebagai berikut:
a. Pekerja yang sama mungkin dilihat oleh suatu pengawas sebagai pekerja yang terbaik, dan oleh pengawas yang lain dikatan yang terjelek.
b. Dengan rambut palsu (wig) dinilai oleh penjual mempunyai nilai kualitas uang tinggi, tetapi pembeli mengatakan mempunyai kualitas yang rendah.
Adapun penginderaan itu, cara kebiasaan yang bisa dipergunakan untuk mengenalnya antara lain dengan 2 aspek berikut:
Aspek pengindaraan yang mempunyai kesamaan antar suatu orang dengan lainnya disebut kenyataan. Kejadian tertubruknya mobil dengan truk di jalan raya disaksikan banyak orang sebagai kenyataan, walaupun kemungkinan mereka tidak setuju satu sama lain mengenai sebab-sebab terjadinya kecelakaan.
Penginderaan tersusun dalam acara yang unik bagi kita, aspek proses persepsi ini tergantung pada mekanisme biologis, pengalaman masa lalu, dan perkiraan masa sekarang. Semuanya ini berasal dari kebutuhan-kebutuhan kita sendiri, pengalaman, nilai-nilai dan perasaan-perasaan.

Subproses dalam persepsi
Ada beberapa subproses dalam persepsi ini, yaitu:
Stimulus atau situasi yang hadir. Mula terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau stimulus. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berubah stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.
Registrasi, interpretasi. Dalam masa regitrasi suatu gejala yang Nampak ialah mekanisme fisik yang berupa pengindraan dan sarag seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini sesorang mendengar atau melihat informasi terkirim kepadanya. Mulailah ia mendafatar semua informasi yang terlihat atau terdengar. Setelah terdaftarnya semua informasi yang sampai kepada seseorang sibproses berikut yang bekarja ialah interpretasi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian seseorang. Pendalaman, motivasi dan kepribadian sesorang akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, interpretasi terhadap sesuatu informasi yang sama, akan berbeda antar satu orang dengan orang lain. Disinilah letak simber perbedaan pertama dari persepsi, dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting.
Umpan balik (feedback). Subproses ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sebagai contoh, seorang yang melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya, kemudian mendapat umpan balik dengan melihat raut muka atasannya. Kedua alisnya naik keatas, bibirnya mengatup rapat, matanya tidak berkedip, dan kemudian suaranya bergumam seperti mau ditelan sendiri. Feedback semacam ini membentuk persepsi tersendiri bagi karyawan. Bagi atasan tersebut barang kali heran bahwa bawahannya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, dan diam-diam dia memujinya. Tetapi persepsi karayawan dia bernuat salah, tidak membawa kepuasan bagi atasannya.

Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain:
Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenam matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna. Atau suara merdu Grace Simon yang menyanyikan lagu cinta, barangkali tidak menarik dan berkesan bagi sesorang yang sulit mendengar atau tuli.
Family
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yng khusus didalam memahami dan melihat kenyataan didunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu tidak ayal lagi kalau orang tuanya Muhamadiyah akan mempunyai anak yang muhamadiyah pula. Demikian seorang anak dalam kampanye pemilu pendukung PDI, karena orangtuanya adalah tokoh Partai Demokrasi Indonesia tersebut.
Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara sesorang memandang dan memahami kedaan di dunia ini.

Pemilihan Persepsi (Perceptual Selectivity)
Prinsip-prinsip pemilihan persepsi berikut ini:
a) Faktor-faktor perhatian dari luar
Adapun faktor-faktor dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain:
1 Intensitas, prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakinbesar insentitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami (to be perceived). Suara keras, bau yang tajam, sinar yang terang akan lebih banyak atau mudah diketahui sibandingkan dengan suara yang lemah, bau yang tidak tajam. Dan sinar yang buram.
2 Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prisip insentitas diatas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu obyek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. Bentuk ukuran ini akan mempengaruhi persepsi seseorang, dan dengan melihat bentuk ukuran sesuatu obyek orang akan mudah tertarik perhatiannya yang pada gilirannya dapat membentuk persepsinya.
3 Keberlawanan atau kontras, prinsip keberlawan ini menyatakan bahwa stumuli luar yang penampilannya berlawan dengan latar belakangnya atau sekelilingnya atau yang sama sekali diluar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian.










GAMBAR Contoh
Prisip keberlawanan dalam persepsi
Sumber: Fred Luthans Organizazional Behaviour, 198, hlm.88
Bulatan hitam pada kedua gambar kelihatannya lebih besar dalam gambar lingkaran sebelah kanan. Perbedaan itu disebabkan karena latar belakang bulatan-bulatan itu tidak seimbang atau menunjukan keberlawanan. Padahal kedua bulatan hitam itu ukurannya sama.
4 Pengulangan (repetition), dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkandengan sekali lihat. Seperti yang dikatakan oleh Clif ford Morgan, bahwa:” suatu stimulus yang diulangi mempunyai suatu kesempatan yang lebih baik untuk menangkap kita selama satu periode yakni ketika perhatian kita terhadap tugas pekerjaan memudar. Sebagai tambahan , pengulangan itu akan menambah kepekaan kita atau kewaspadaan terhadap stimulus.
5 Gerakan (moving), prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam.
6 Baru dan familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagaipenarik perhatian.

b) Faktor-faktor dari dalam (internal set factors)
1 Belajar atau pemahaman learning dan persepsi, semua faktor-faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu obyek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan seperti yang diuraikandi mika. Kekomplekanini selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan moivasi yang dipunyai oleh masing-masing orang.
2 Motivasi dan persepsi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya yang jufa menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian.
3 Kepribadian dan persepsi, dalam membentuk persepsi unsure ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan yangt diperhatikan dalam menghadiri suatu situasi.

ORGANISASI PERSEPSI
Pengoraganisasian persepsi itu meliputi 3 hal yaitu:
1) Kesamaan dan Ketidaksamaan
Sesuatu obyek yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan cirri, akan persepsi sebagai suatu obyek yang berhubungan dan ketidak berhubungan. Artinya obyek yang mempunyai ciri yang sama dipersepsi ada hubungannya, sedangkan obyek yang mempunyai ciri tidak sama adalah terpisah.
2) Kedekatan dalam ruang
Obyek atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam ruang tertentu, akan mudah diartikan sebagai obyek atau peristiwa yang ada hubungannya.
3) Kedekatan dalam waktu
Obyek atau peristiwa juga dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu.
Demikian ketiga hal diatas merupakan proses pengorganisasian perspsi. Setiap obyek yang diketahui adanya kesamaan dan ketidaksamaan, kedekatan dalam ruang, dan kedekatan dalam waktu, maka akan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu persepsi tertentu.

B. KEPRIBADIAN
Ketika kita berbicara tentang kepribadian, kita tidak berbicara bahwa seseorang mempunyai pesona, pendangan positif terhadap kehidupan, wajah murah senyum, atau orang itu adalah finalis “happiest and friendliest” dalam kontes miss amerika tahun ini. ketika para psikologi berbicara tentang kepribadian, yang mereka maksudkan adalah konsep dinamik yang enggambarkan pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan sistem psikologis seseorang. Alih-alih melihat kebagian-bagian dari orang itu, kepribadian melihat ke kelompok menyeluruh yang lebih besar dari sekedar jumlah dari bagian-bagian.
Gordon Allport mengatakan bahwa kepribadian adalah “organisasi dinamik dalam individu yang memiliki sistem psikologis tersebut yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungan” untuk tujuan-tujuan kita anda hendaknya berfikir tentang kepribadian sebagai jumlah total cara-cara yang ditempuh individu untuk bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan yang lain. Kepribadian paling sering digambarkan berdasar ciri-ciri yang dapat diukur yang diperlihatkan orang.

Penentu-penentu kepribadian
Keturunan, keturunan merunjuk ke faktor-faktor yang ditentukan sejak lahir. Ukuran fisik, daya tarik wajah, jenis kelamin, tempramen, komposisi, refleks otot, level energi, dan ritme biologis adalah karakteristik yang umumnya dianggap sepenuhnya atau secara substansial dipengaruhi oleh siapa orang tua anda; yakni susunan biologis, fisiologis, dan psikologis interen mereka. Pendekaan keturunan berpendapat bahwa penjelasan terakhir tentang kepribadian seseorang adalah struktur molekul dari gen, yang terdapat dalam kromosom.
Tiga aliran riset berbeda memberikan sejumlah kredibilitas ke argumen bahwa hereditas atau keturunan memainkan bagian penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Aliran pertama melihat pada tiang penyanggaa genetic dari perilaku dan temperamen manusia dikalangan anak-anak kecil. Aliran kedua mengemukakan studi tentang dua anak kembar yang dipisahkan ketika lahir. Aliran ketiga meneliti konsisitensi kepuasan jabatan dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.

Lingkungan, diantara faktor-faktor yang memberikan tekanan pada pembentukan kita adalah kebudayaan dimana kita dibesarkan; pengkondisian awal kita; norma ditengah keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor-faktor lingkungan ini memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian kita.
Pertimbangan-pertimbangan cermat tentang argumentasi-argumentasi yang mendukung entah keturunan atau lingkungan sebagai penentu utama kepribadian mendorong kesimpulan bahwa keduanya penting. Keturunan menetapkan parameter atau batas luar, tetapi potensi penuh individu akan ditentukan oleh seberapa baik dia dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan llingkungan.

Situasi, faktor ketiga, situasi, mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan pada kepribadian. Kepribadian individu, walaupun umumnya stabil dan konsisten, berubah dalam situasi-situasi yang berbeda. Tuntutan beragam dari situasi yang berbeda menimbulkan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak melihat pola-pola kepribadian secara terpisah.
Memang tampaknya logis untuk mengendalikan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang, namun skema klasifikasi rapi yang akan memberitahu kita akan dampak berbagai jenis situasi telah sebegitu jauh atau tidak kita dapatkan. Meski demikian, kita mengetahui bahwa situasi-situasi tetentu lebih relevan daripada yang lain dalam mempengaruhi kepribadian.

Ciri-ciri kepribadian
Karya awal dalam struktur kepribadian berkembang disekitar usaha untuk mengidentifikasi dan memberi label ke ciri-ciri yang bertahan lama yang menggambarkan perilaku individu. Karakteristik yang populer antara lain adalah rasa malu, keagresifan, kepatuhan, kemalasan ambisi, kesetiaan, dan ketakutan. Karakteristik-karakteristik tersebut, ketika diperagakan dalam banyak situasi, maka disebut ciri-ciri kepribadian. Semakin konsisten karakteristik tersebut dan semakin sering terjadi dalam berbagai situasi, maka semakin penting ciri-ciri tersebut dalam menggambarkan individu.
Upaya-upaya untuk mengisolasi ciri-ciri sudah dihindari karena terdapat begitu banyak ciri. Sebenarnya tidak mungkin untuk memperkirakan perilaku bila terdapat begitu banyak ciri yang harus diperhitungkan, oleh karena itu ribuan ciri-ciri dikurangi agar mudah dikelola.
Sebuah riset yang mengisolasikan 171 ciri, menghasilkan identifikasi atas 16 faktor kepribadian, yang disebut sebagai ciri sumber, atau utama. Ke-16 ciri ini umumnya dianggap sebagai sumber perilaku yang terus-menerus dan mantap, antara lain :
1. Dingin vs Ramah
2. Kurang cerdas vs Kurang cerdas
3. Terpengaruh perasaan vs secara emosianal stabil
4. Mengalah vs Dominan
5. Serius vs Ringan hati
6. Ceroboh vs Cermat
7. Penakut vs Petualang
8. Keras hati vs Sensitif
9. Percaya vs Curiga
10. Praktis vs Imajinatif
11. Langsung vs Penuh pertimbangan
12. Percaya diri vs Cemas
13. Kinservatif vs Suka mencoba
14. Tergantung kelompok vs Mandiri
15. Tidak terkendali vs Terkendali
16. Santai v s Tegang

Indikator tipe Myers-Briggs, yaitu salah satu kerangka kerja kepribadian yang paling luas digunakan. Pada hakikatnya indikator merupakan tes kepribadian dengan 100 pertanyaan yang menanyakan kepada seseorang bagaimana mereka biasanya merasa atau bertindak dalam situasi-situasi tertentu.
Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan individu-individu terhadap tes itu, para individu tersebut diklasifikasikan sebagai ekstrovert dan introvert (E atau I),tajam atau intuitif (S atau N), pemikir atau perasa (T atau F), dan memahami atau menilai (P atau J). klasifikasi tersebut kemudian digabungkan menjadi 16 tipe kepribadian (hasil riset diatas).
Model Lima Besar, MBTI mungkin kekurangan bukti valid yang mendukung tetapi itu tidak terjadi pada model lima faktor kepribadian – lebih umum disebut “Lima Besar”. Dalam tahun terakhir, suatu badan riset yang mengesankan mendukung bahwa lima dimensi dasar itu saling melandasi dan mencakup sebagian besar perbedaan signifikan dalam kepribadian manusia faktir-faktor lima besar tersebut itu adalah :
Ekstroversi, dimensi ini mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan orang-orang yang ekstrovert cenderung suka berkelompok, tegas, dan mampu bersosialisasi. Kaum introvert cenderung pendiam, pemalu, dan tenang.
Kemampuan untuk bersepakat, dimensi ini merujuk kecenderungan individu untuk tunduk kelain orang-orang yang berkemampuan tinggi untuk bersepakat bersifat kooperatif, hangat dan percaya. Orang yang memiliki skor yang rendah dalam kemampuan untuk bersepakat adalah orang yang dingin, tidak mampu bersepakat, dan antagonistik.
Kemampuan untuk mendengarkan suara hati, dimensi ini merupakan ukuran dari keandalan. Orang yang sangat peka terhadap suara hati bersifat bertanggung jawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan gigih. Mereka yang memiliki skor rendah dalam dimensi ini mudah bingung tidak terorganisir, dan tidak handal
Stabilitas emosi, dimensi ini membuka jalan bagi kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap stees. Orang dengan stabilitas emosi yang postif cenderuung tenang, percaya diri, dan merasa aman. Mereka dengan skor negatif yang tinggi cenderung ggugup, cemas, tertekan, dan merasa tidak aman.
Keterbukaan terhadap pengalaman, dimensi terkhir ini mengukur kisaran minat dan kekaguman individu terhadap hal baru. Orang yang secara ekterm terbuka adalah orang yang kreatif, ingin tahu, dan secara artistik sensitif. Mereka yang berada pada sisi lain katagori keterbukaan bersifat konvensional dan menemukan kenyamanan hanya jika telah akrab.
Disamping menjadi kerangka kerja kepribadian yang menyatu, penelitian tentang Lima Besar juga menemukan hubungan penting antara dimensi-dimensi kepribadian ini dengan kinerja pekerjaan. Kinerja jabatan ditentukan berdasarkan pemeringkatan kinerja, keahlian pelatihan (kinerja selama program pelatihan), dan data personalia seperti tingkat gaji. Selanjutnya tingkat pengenalan jabatan yang lebih tinggi menyumbang ke tingkat kinerja jabatan yang lebih tinggi.
Untuk dimensi-dimensi kepribadian lainnya,kemampuan untuk memperkirakan tergantung pada kriteria kinerja dan kelompok jabatan. Hal yang tidak begitu jelas adalah mengapa stabilitas emosi yang positif tidak berhubungan dengan kinerja jabatan. Secara intuitif, sepertinya orang yang tenang dan tegar akan melakukan dengan lebih baik hampir semua pekerjaan dibanding orang yang cemas dan tidak tegar. Para peneliti mengemukakan bahwa orang yang memiliki skor yang cukup tinggi pada stabilitas emosi yang mempertahankan pekerjaan mereka.

Atribut-atribut kepribadian utama yang mempengaruhi OB
Dalam bagian ini, kami ingin mengevaluasi secara lebih cermat atribur-atribut kepribadian spesifik yang ternayata merupakan indikator yang berpengaruh dalam memperkirakan perilaku dalam organisasi.
Lokus Kendali, sebagian orang yakin bahwa mereka adalah penguasaatau nasib mereka. Yang lain melihat diri mereka sendiri sebagai pion dari nasib, yang percaya bahwa apa yang terjadi bagi mereka dalam kehidupan mereka disebabkan karena nasib baik atau kesempatan. Tipe pertama, mereka yang yakin bahwa mereka mengendalikan nasib mereka, diberi label internal, sementara yang kedua, yang melihat jidup mereka dikendalikan oleh kekuatan luar, disebut eksternal. Persepsi seseorang tentang sumber nasibnya diistilahkan sebagai Lokus Kendali.
Sejumlah besar penelitian yang membandingkan internal dengan eksternal secara konsisten memperlihatkan bahwa individu-individu yang memiliki skor tinggi dalam eksternalitas kuas puas dengan jabatan mereka, memiliki tinggi keabsenan yang lebih tinggi, lebih terasing dari tempat kerja. Bukti keseluruhan menunjukan bahwa orang-orang internal umumnya berkinerja lebih baik dalam pekerjaan mereka, namun kesimpulan itu hendaknya diperlunak agar dapat mencerminkan perbedaan-perbedaan pekerjaan. Sebaliknya, kaum eksternal akan melakukan dengan baik pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan terstruktur baik dan dimana keberhasilan sangat tergantung pada penyesuaian dengan petunjuk orang lain.
Machiavelliansime, individu yang machiavelliansimenya tinggi bersifat pragmatis, menjaga jarak emosi, dan yakin bahwa tujuan dapat menghalalkan cara. “Jika berfungsi maka digunakan” konsistem dengan perspektif yang Mach-nya tinggi.
Sejumlah besar penelitian telah diarahkan untuk menghubungkan kepribadian Mach tinggi rendah dengan hasil perilaku tertentu orang-orang yang Machnya tinggi lebih banyak melakukan manipulasi. Lebih sering menang, kirang bisa dibujuk, dan membujuk lebih banyak orang lain daripada orang-orang dengan mach yang rendah. Namun hasil dengan orang Mach tinggi ini diperlunak oleh faktor-faktor situasi. Tetapi jika tujuan tidak menghalalkan cara, jika ada standart perilaku yang absolut, atau jika faktor situasi tidak ada, kemampuan kita untuk memperkirakan kinerja yang tinggi dari orang yang ber-Mach tinggi akan sangat terbatas.
Harga diri, setiap orang berbeda dalam tingkat dimana mereka suka atau tidah suka terhadap dirinya yang biasa disebut harga diri. Penelitian tentang harga diri (SE) menawarkan sejumlah kajian penting tentang perilaku organisasi. Orang dengan SE (self-esteem) tinggi yakin bahwa mereka memilki kemampuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam bekerja.
Orang-orang dengan harga diri tinggi akan menempuh risiko yang lebih besar dalam seleksi pekerjaan dan lebih mungkin untuk memilih pekerjaan yang tidak konvensional daripada orang-orang dengan harga diri rendah. Orang-orang dengan SE rendah tergantung pada penerimaan evaluasi positif dari orang lain. Akibatnya, mereka lebih mungkin untuk mencari pengakuan dari orang lain dan lebih suka berkompromi dengan keyakinan dan perilaku orang-orang yang mereka hargai daripada orang dengan SE tinggi.
Pemantauan diri, satu ciri kepribadian yang akhir-akhir ini mendapat perhatian yang semakin besar adalah pemantauan diri. Ciri tersebut merujuk ke kemampuan individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasi eksternal. Orang-orang yang punya pemantauan diri tinggi mampu menyajikan kontradiksi yang mencolok antara personal public mereka dan diri pribadi mereka. Orang yang mempunyai pemantauan diri yang rendah tidak dapat menyamarkan diri dengan cara itu, mereka cenderung menampilkan disposisi dan sikap mereka yang sebenarnya dalam setiap situasi; oleh karena itu, terdapat konsistensi perilaku yang tinggi antara siapa mereka dan apa yang mereka lakukan.

Pengambilan risiko, orang-orang berbeda keinginan mereka untuk memanfaatkan peluang kecenderungan untuk mengambil atau menghindari risiko ternyata membawa dampak pada berapa lama waktu yang dibutuhkan manajer untuk mengambil keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka perlukan sebelum menentukan pilihan mereka. Manajer yang bersedia menanggung risiko yang tinggi mengambil keputusan lebih cepat danmenggunakan informasi yang lebih sedikit dalam menentukan pilihan mereka disbanding manajer yang kurang bersedia menempuh resiko.

Kepribadian Tipe A, Seseorang dengan kepribadian tipe A “secara agresif terlibat dalam perjuangan bertahun-tahun tiada henti untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yan lebih sedikit, dan jika perlu, melawan upaya-upaya lein atau orang lain yang menantang”.
Sifat-sifat tipe A :
1. Serba cepat dalam bergerak, berjalan, dan makan.
2. Merasa tidak sabar atas tingkat kejadian sebagian besar peristiwa yang berlangsung.
3. Berusaha keras untuk berfikir atau melakukan dua hal atau lebih sekaligus.
4. Tidak dapat menikmati waktu luang,
5. Terobsesi dengan jumlah, mengukur kesuksesan berdasar berapa banyak yang mereka peroleh.
Kontras dengan kkepribadian tipe A, adalah tipe B. persis sebaliknya, orang tipe B “jarang didorong oleh keinginan untuk mendapatkan barang yang jumlahnya semakin meningkat atau berpartisipasi dalam semakin banyak rankaian peristiwa tiada akhit dan jumlah waktu yang semakin menurun”
Sifat-sifat tipe B :
1. Tidak pernah mengalami keterdesakan waktu ataupun ketidaksabaran;
2. Merasa tidak perlu memamerkan atau membahas entah prestasi mereka atau apa yang sudah mereka capai kecuali kalau pemaparan itu dituntut oleh situasi;
3. Bermain untuk mendapatkan kegembiraan dan relaksasi dan bukannya untuk memperlihatkan superioritas mereka;
4. Dapat santai tanpa meras bersalah.
Tipe A berorientasi dalam tingkat stessyang seddang sampai tinggi mereka memasukan diri mereka sendiri kedalam tekanan waktu yang terus-menerus yang berarti menciptakan kehidupan yang penuh tenggat waktu bagi diti mereka sendiri. Karakteristik-karakteristik ini menghasilkan beberapa hasil perilaku yang agak spesifik.
Mencapai Kecocokan Kepribadian
Dua puluh tahun yang lalu, organisasi-organisasimemperhatikan kepribadian terutama karena mereka ingin mencocokan individu-individu dengan jabatan-jabatan tertentu.

Kecocokan orang dengan pekerjaan, perhatian menyangkut pencocokan syarat-syarat dengan karakteristik kepribadian diungkapkan dengan baik sekali dalam teori kecocokan kepribadian-pekerjaan yang dikemukakan John Holland. Teori itu didasarkan pada pengertian tentang kecocokan antara ciri-ciri kepribadian individu dan lingkungan kedudukannya. Holland menyajikan enam tipe kepribadian dan mengemukakan bahwa kepuasan dan kecenderungan untuk meninggalkan pelerjaan tergantung pada sejauh nama individu-individu itu berhasil mencocokan kepribadian mereka dengan lingkungan pekerjaan.

Kecocokan organisasi orang, kecocokan organisasi-orang pada hakikatnya berpendapat bahwa orang akan meninggalkan pekerjaan yang tidak cocok dengan kepribadian. Dengan menggunakan terminologi Lima Besar, misalnya kita dapat memperkirakan orang dengan ekstroversi tinggi lebih cocok dengan kebudayaan yang agresif dan berorientasi tim; orang dengan kemampuan sepakat yang tinggi akan lebih cocok dengan iklim organisasi yang suportif disbanding orang yang berfokus pada keagresifan; dan bahwa orang dengan keterbukaan tinggi terhadap pengalaman lebih cocok dengan organisasi-organisasi yang menekankan pada inovasi dan bukannya standardisasi.
BAB III

PEMBAHASAN
persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran , perasaan, dan penciuman. Dan kepribadian merupakan konsep dinamik yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan keseluruhan sistem psikologis seseorang.
Keterkaitan antara kasus bank century ini yaitu Budiono bekas Gubernur Bank Indonesia yang kini menjabat Wakil Presiden, bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, harus diperiksa aparat hukum dan diminta pertanggung-jawabannya dalam kasus Bank Century.
Mereka berdua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas talangan (bail-out) bank swasta kecil itu, tapi telah menghabiskan uang negara Rp 6,7 triliun. Sri mulyani dan budiono memiliki persesi masing-masing. Bidono yang melihat suatu situasi dalam lingkungannya yaitu dengan menggunakan uang century untuk kampanye yang dijalankan maka tidak akan terjadi masalah apapun tapi ternyata itu salah. Perbuatan yang ia lakukan itu menjadi melemahkan kekuasaan presiden saat ini terkait dengan skandal bilout century tersebut. Sejak awal sudah sipastikan skandal century dalam pembangunannya terdapat pelanggaran dalam aturan Bank Indonesia. Selain itu sry mulyani yang merupakan menteri keuangan gak tau lagi jan.cari yah peran sri mulyani jadi pa di bank century.

Budiono dalam mengelola pada waktu menjabat sebagai gubernur Bank Indonesia memiliki persepsi dan dalam pengelolaannya kurang memiliki tangung jawab yang menyebabkan Bank Centuri ini di bil-out oleh menteri keuangan sri mulyani. Sehingga persepsi yang budiono punya menyebabkan dalam kekuasan presiden sekarang melemah. Sehingga dalam menilai kepribadian budiono sekarang dia menjadi agak tertutup dalam memberikan informasi. Sehinnga menimbulkan kepribadian yang kurang begitu untuk dilihat dalam masuyarakat Indonesia ini.
Sumpah may gak tau lagi ojaaannn..
Mmmaaff yaaa???


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan




DAFTAR PUSTAKA

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003.

Stephen P. Robbins. Prilaku organisasi Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks kelompok Gramedia,2006.

.:SBY, Budiono dan Sri Mulyani di tengah Gelombang Century:.
Written about 2 weeks ago • Comment • LikeUnlike • Report Note

Tidak ada komentar:

Posting Komentar