selamat datang sahabat-sahabat yang peduli pendidikan..

Ada Untuk Berbagi,.
Terlahir untuk berproses...
Salam Pendidikan Berkualitas...

Jumat, 25 Juni 2010

UAS kurikulum

UJIAN AKHIR SEMESTER 092
MANAJEMEN KURIKULUM



OLEH :
Tuti Alfiani / 1445096092

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Jawaban nomor 1
1. Berikut ini adalah empat landasan kurikulum serta alasan pentingnya landasan-landasan kurikulum tersebut . Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat hal landasan utama dalam pengembangan antara lain :
1.Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan, keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d.Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara efektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
2.Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
a.motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b.bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.
c.konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
d.pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
e.keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3.Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan, yang menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilanserta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperluakn masyarakat yang berpengetahuan melalui beklajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggiSelain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan kognisi dan kompetensi untuk berfikir. Perkembangan dalam IPTEK, terutama dalm bidang transportasi dan komunikasi telah mampu mengubah tatanan hidup manusia. Oleh karena itu kurikulum hendaknya dan mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik mampu mengimbangi dan mengembangkan IPTEK demi kelangsungan hidup manusia.
Dari kajian teori di atas , maka dalam setiap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi kurikulum haendaknya berlandaskan pada landasan pengembangan kurikulum karena kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memeiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasrkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam, karena jika tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri.
Jawaban nomor 2
2. Macam-macam model kurikulum
 Kurikulum Subjek Akademik
- Bersumber dari pendidikan kalsik (filsafat perenialisme, esensialisme)
Contoh sekolah :
a. SMK Telkom Sandhi Putera Purwokerto, menggunakan model kurikulum teknologis. Seperti sekolah kejuruan lain, siswa lebih banyak menjalani pelajaran praktik daripada pelajaran teori. Perbandingan ideal antara teori dan praktek adalah 30 : 70.
• Siswa banyak berkutat dengan personal computer (PC) atau laptop beserta aplikasinya bahkan juga internet.
• Proses spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik meliputi teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis computer , dan teknologi berbasis terpadu.
• Kendala, kurangnya tenaga pendidik ahli bagi sekolah tersebut, karena masih sedikit tenaga pengajar yang murni pakar Telekomunikasi dan Informatika (TI). Namun hal tersebut bukan masalah besar sejauh ilmu yang diajarkan dapat terserap oleh peserta didik.
• Lulusan sebagian besar melanjutkan perkuliahan ITT Telkom Bandung atau
banyak yang bekerja di pabrik dan perkantoran, karena secara praktik dan implementasi TI mereka layak disejajarkan dengan sarjana TI.
• Bagi lulusan yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi TI, mereka akan lebih unggul disbanding lulusan SMU biasa sebab mereka sudah menguasai dasar-dasar aplikasi TI lebih dulu, bahkan hingga ke praktiknya.
b. SMA N 1 Purbalingga, menggunakan model kurikulum Subjek Akademis (KSA)
• Peserta didik yang berhasil adalah mereka yang mengusai seluruh atau sebagian besar pendidikan yang diberikan oleh guru.
• Kurikulumnya menekankan pada isi/materi pelajaran yang berasal dari disiplin ilmu.
• Guru masih dominan sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar.
• Pada setiap pembelajarannya menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan – pengetahuan yang menjadi dasar bagi penguasaan disiplin ilmu lainnya.
Jawaban nomor 3
3. Menurut saya dalam pengelolaan sekolah dibutuhkan persyaratan khusus, hal ini didasarkan pada definisi kurikulum yang tercantum pada Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal pada dasarnya dapat dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Sebagai Pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan, kurikulum tidak boleh dikelola dengan asal-asalan. Maka dari pengertian diatas dalam pengelolaan kurikulum dibutuhkan persyaratan khusus agar tujuan kurikulum tercapai secara maksimal, diantaranya :
a. Setiap guru yang mengajar di sekolah perlu terlebih dahulu melakukan analisis materi pelajaran untuk menetukan sifat materi esensial dan yang masih kurang. Suatu materi dapat dikatajkan memiliki konsep esensial bial memenuhi unsur. Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi unsur kreteria berikut ini : (1) Konsep dasar, (2) Konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut, (3) Konsep yang berguna untuk aplikasi, (4) Konsep yang sering muncul pada Ujian Akhir (Munandar, 2001).
b. Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai konsep-konsep yang esensial diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang non-esensial, kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri (Slameto, 1991).
c. Menentukan ahli atau orang-orang yang kompeten dalam pengelolaan kurikulum, agar lebih memahami bagaimana arah kurikulum akan ditentukan.
d. Mempertimbangkan segala sumber daya ( sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan, potensi dana).
Jawaban nomor 4
4 a. Upaya yang saya lakukan untuk menciptakan desain kurikulum yang kreatif dalam rangka mengaktualisasikan keberbakatan peserta didik dalam mencapai program pendidikan sekolah berbasis internasional pada suatu lembaga sekolah antara lain saya akan mendesain kurikulum pada sekolah tersebut dengan menggunakan desain kurikulum terpadu (integrated curriculum), dimana kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara :

 Memfungsikan lebih aktif minimal bilingual (bahasa Inggris, bahasa Idonesia), baik oleh guru maupun peserta didik sebagai bahasa utama dalam keseharian pembelajaran.

 Menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, karena pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan,
 menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa.
• Mendorong siswa unttuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Misalnya observasi di lingkungan sekitar, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan narasumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, serta pemanfaatan kliping.
 dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
 Memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
 Memberikan motivasi dalam belajar pada peserta didik dan mereka dapat mengaplikasikan berbagai keterampilan dan pengetahuannya dalam proses belajarnya.
 Menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik.
 mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
 Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dilakukan dengan mempertimbangkan:
a) potensi peserta didik;
b) relevansi dengan karakteristik daerah,
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d) kebermanfaatan bagi peserta didik;
e) struktur keilmuan;
f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h) alokasi waktu.
 Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan ib=ndividual siswa sepwrti bakat, kemampuan, minat, altar belakang kelurga, sosial-ekonomi budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa bersangkuatan.

4b. Mengorganisasikan dan mengaplikasikan kurikulum
Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi : langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Dilanjutkan pada elemen kreatif, inovasi dan kemahiran hidup diterapkan dalam proses pengajaran, pembelajaran dan pengajaran dalam semua subjek.
Membentuk team teaching yang benar-benar berkompeten dalam segala aspek pengajaran dan pembelajaran.
guru dituntut untuk mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, guru harus kreatif mendesain strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan nyaman belajar, serta guru pun dituntut untuk mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh.
Mengutamakan materi yang dapat menggali ide dan konsep peserta didik, terutama kreativitasnya.
4c. cara membantu guru-guru untuk dapat mengorganisasikan kurikulum tersebut dan melaksanakannya secara kreatif :
1.Merumuskan konsep-konsep dasar
2.Merumuskan landasan-landasan kurikulum
3.Merumuskan kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum
Membentuk tim kerja yang solid , dengan tugas-tugas tim kerja sebagai berikut :
1.Menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional
2. Menjabarkan konsep-konsep dan kebijaksanaan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah/konsultan
3. Merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan yang lebih umum
4. Memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran
5. Memilih strategi pengajaran dan evaluasi
6. Menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru
4d. Evaluasi kurikulum yang harus dilakukan :
Hal utama yang harus dilakukan adalah dengan mengevaluasi guru/tim kerja kurikulum, karena orang-orang tersebutlah yang merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi apa yang telah dihasilkan dari proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Dapat dikatakan dalam hal ini dengan evaluasi kinerja yang merupakan salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses dimana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Metode untuk menilai kinerja antara lain tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Langkah-langkah untuk mengetahui apakah kurikulum sudah sesuai dengan perencanaan awal atau belum dapat dilakukan dengan mengevaluasi :
a. Salah satu indikator keberhasilan adalah siswa dan guru semakin mampu menggunakan bahasa Inggris dalam setiap kesempatan pembelajaran, karena ini merupakan syarat sekolah bertaraf intrenasional.
b. Kreativitas peserta didik dan pendidik semakin terasah, dengan adanya desain kurikulum terpadu (integrated curriculum)
c. Apakah guru-guru telah memberikan materi sesuai dengan perencanaan kurikulum atau belum. Hal ini dapat terlihat pada penguasaan materi dan praktek oleh peserta didik. Jika tingkat penguasaan materi peserta didik telah mencapai target standar yang telah ditetapkan sekolah maka pelaksanaan kurikulum di sekolah tersebut telah berhasil.
d. Menilai kompetensi guru yang juga berpengaruh pada peningkatan mutu dan kualitas peserta didik. Guru yang kompeten dalam mengajar pasti akan selalu memberikan motivasi kepada peserta didiknya untuk tidak saja mnguasai konsep, namun dapat mengembangkan konsep tersebut pada praktis sehari hari, dan semakin mengembangkan kekreativitasan peserta didik.
e. Kurikulum terlaksana jika guru mendukung pengembangan profesional. Guru memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di dalam kelas dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidikan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
f. Mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat
g. Terjalinnya komunikasi yang lancar antara peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan maupun warga sekolah lainnya, juga termasuk indicator berhasil atau tidaknya opelaksanaan kurikulum.
h. Banyak atau tidaknya peserta didik yang berprestasi, baik dalam lingkup sekolah maupun lingkup yang lebih luas yaitu menjuarai berbagai perlombaan Pelaksanaan kurikulum dianggap berhasil jika peserta didik maupun pendidik diakui oleh masyarakat memiliki kompetensi dan prestasi yang gemilang dengan penghargaan-penghargaan yang diraih dari kompetisi.
i. Kurikulum menghasilkan out comes dan out put yang berkualitas atau tidak .
Jawaban nomor 5
5. Hubungan antara potensi siswa dengan multiple intelligence (kecerdasan majemuk) dari Howard Gardner tentang keberbakatan serta aplikasinya di sekolah :
• Teori tentang multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai.
• Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Kecerdasan menurut nya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
• Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Jenis-jenis inteligensi Gardner tentang kecerdasan majemuk masih tetap berjumlah 8. Yaitu
Kecerdasan linguistik – kemampuan verbal dan sensitif terhadap suara, maksud, dan irama kata-kata.
Kecerdasan logis matematis – kemampuan berpikir konseptual dan abstrak, dan kemampuan memperhatikan pola-pola numerik dan logis.
Kecerdasan musikal – kemampuan menghasilkan dan mengapresiasi ritme, keharmonisan tinggi rendah suara, dan warna suara.
Kecerdasan visual spasial – kemampuan berpikir dalam bentuk imajinasi dan pola-pola gambar untuk membuat deskripsi terhadap sesuatu dengan akurat dan abstrak.
Kecerdasan kinestetik – kemampuan mengendalikan gerakan tubuh dan menangani obyek.
Kecerdasan interperosal atau antar pribadi – kempuan untuk mendeteksi dan merespon perasaan & pikiran, motivasi, dan hasrat orang lain.
Kecerdasan intrapersonal atau intra pribadi – kemampuan untuk menyadari diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan perasaan (feeling), nilai-nilai, keyakinan, dan proses berpikir diri sendiri.
Kecerdasan naturalis – kemampuan mengenal dan membuat kategori tanaman, hewan, dan obyek-obyek alami lainnya.
Penerapan sistem multiple intellegence di sekolah-sekolah Indonesia dapat dijadikan sebagai solusi problema pendidikan di Negara kita. Melalui penerapan metode ini, bakat dan kemampuan seseoramhg akan dikembangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Sekolah ideal adalah sekolah yang menerima siswa tan[pa membedakan tingkat kecerdasan berdasarkan hasil ujian test IQ. Namun pada kenyataannya, sebagian lembaga pendidikan di Indonesia masih perpedoman pada intelektual intelegensi. Hal ini ditandai dengan masih menjadikan tinggi rendahnya IQ sebagai standar dalam penentuan cerdas atau tidaknya peserta didik. Akibatnya peserta didik sulit mengembangkan segenap potensi dan bakat-bakat yang dimiliki dan menjadikan peserta didik terjebak dalam konsep menghafal tanpa mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lain yang justru dapat menunjang kemajuan peserta didik. Inilah hal yang masih dilupakan oleh pendidik dan perencana pendidikan.
Sebagai contoh hubungan potensi siswa dengan multiple intelligence tentang keberbakatan, pada SMA N 1 Purbalingga aplikasinya adalah sebagai berikut :
a. Pihak sekolah masih berpedoman pada kecerdasan intelektualnya saja.
b. Prestasi lebih menonjol pada bidang akademik, walaupun banyak juga prestasi yang diraih di bidang non-akademik.
c. Penilaian masih terfokus masih pada nilai akhir yang diraih peserta didik, terutama dalam bidang akademik, sehingga siswa dianggap tidak dianggap cerdas jika memperoleh nilai rendah.
d. Bakat-bakat yang dimiliki peserta didik dikembangkan hanya sebatas sebagai tambahan, bukan prioritas,
e. Keberbakatan pada peserta didik, seperti kemampuan melukis, bernyanyi, membaca puisi, bermain musik dan lain sebagainya belum didukung secara maksimal. Karena pemenuhan kebutuhan peserta didik masih diprioritaskan pada kebutuhan akademik dan pengetahuan semata.
f. Peserta didik yang berprestasi dalam bidang seni, olahraga atau bidang lainnya belum begitu disadari bahwa hal tersebut merupakan potensi besar yang dimiliki sekolah untuk dapat memacu peserta didik lainnya agar lebih memiliki kecerdasan yang majemuk.
g. Dalam proses pembelajaran, hal-hal yang dilakukan guru terkait potensi peserta didik dengan kecerdasan majemuk :
- Guru telah mermberikan informasi (eksplorasi) tujuan serta hasil belajar yang disampaikan, memberikan aktivitas yang menarik bagi peserta didik.
- Peserta didik diberi kebebasan untuk berfikir dan mampu melakukannya. (demonstrasi)
- guru membantu siswa memahami hasil observasi dan pertanyaan yang muncul, meminta siswa menjelaskan apa yang mereka lihat dan memberikan penjelasan mengapa hal tersebut terjadi. (uraian)
- guru merujuk siswa pada data dan fakta yang ada
- guru mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru, mencari adanya perubahan cara berfikir atau sikap siswa .
Dengan memahami metode multiple intelligence, diharapkan dapat mengubahPenerapan sistem multiple intelligence di sekolah-sekolah Indonesia dapat dijadikan sebagai solusi problema pendidikan di negara ini. Melalui penerapan metode ini, bakat dan kemampuan seseorang akan dikembangkan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Sekolah ideal adalah sekolah yang menerima siswa tanpa membedakan tingkat kecerdasan berdasarkan hasil ujian dan test IQ. Dengan memahami metode multiple intelligence, para pendidik diharapkan dapat mengubah paradigma yang dianut selama ini. Sekolah semestinya bisa menerima setiap siswa tanpa membedakan mereka yang cerdas atau tidak.
Jawaban nomor 6
6. Membuat contoh pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotorik dengan alokasi waktu 30 menit untuk mata pelajaran elektronika kelas VIII SMP :
a. Pembelajaran Kognitif
• Mengidentifikasi komponen rangkaian pesawat penerima radio superheterodyne.dan mencocokkan dengan skema rangkaian.
• Menghitung dengan benar nilai resistor dengan gelang warna yang akan digunakan.
• Mendeskripsikan nama bagian-bagian pesawat penerima radio superheterodyne dan fungsi tiap bagiannya melalui kajian pustaka.
• Mendeskripsikan cara kerja pesawat penerima radio superheterodyne secara sederhana/singkat.
• Menggambar diagram blok pesawat penerima radio superheterodyne.
• Menggambar skema rangkaian pesawat peneri-ma radio superheterodyne.
• Mengartikan simbol-simbol komponen yang ter-dapat pada skema rangkaian pesawat penerima radio superheterodyne beserta nomor seri/nilai-nilainya.
• Mengukur komponen-komponen pesawat pene-rima radio superheterodyne menggunakan multi-meter.

b. Pembelajaran psikomotorik

• Memasang dan meyolder komponen pesawat penerima radio superheterodyne.pada PCB be-serta kabel-kabelnya
• Mengetes rangkaian pesawat penerima radio superheterodyne yang telah selesai dibuat sebe-lum dihubungkan ke sumber tegangan.
• Mencoba menghubungkan pesawat penerima ra-dio superheterodyne.yang telah jadi ke sumber te-gangan listrik DC
c. Pembelajaran afektif
• Para siswa mampu mengetes rangkaian yang lebih sulit dan menantang , serta sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.

• Para siswa memperlihatkan perilaku yang ulet dan rajinserta mematuhi peraturan saat praktikum
• Para siswa mampu menunjukkan sikap untuk menggunakan latihan secara produktif baik sebelum maupun selama pembelajaran berlangsung.



LAMPIRAN JURNAL
Lampiran
Jurnal pendidikan, Manajemen Kurikulum. Slamet Lestari. Cetakan Universitas Negeri Yogyakarta.
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jurnal Pendidikan. Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/
http://indonesian.irib.ir/index.php/component/content/article/21343.html
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/25/melayani-siswa-dengan-keberagaman-kecerdasan/
http://puja.student.fkip.uns.ac.id/2009/09/08/pengembangn-kurikulum/
http://www.duniaedukasi.net/2010/06/pengelolaan-kurikulum-sekolah-kategori.html
http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6206124131.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar